Claudio De Jesus, Mantan Pemain Arema Yang Peduli Pembinaan Sepak Bola Usia Dini
Insidengalam.com, KLOJEN – Ada yang menarik dalam perhelatan turnamen sepak bola antar SD/MI se-Malang Raya, Minggu (17/9/2023), yakni hadirnya mantan pemain Arema, Claudio de Jesus. Pemain kelahiran Brazil itu menjadi salah seorang pelatih di turnamen bertajuk Bank Jatim Syariah-Siarindo Cup tersebut.
Claudio de Jesus kini melatih Tim Brawijaya Smart School (BSS). Meski hanya menangani tim SD, namun keseriusan jelas tergambar di wajahnya saat menjelang maupun kala laga berlangsung. Sesekali dia bangkit dan berteriak memberikan instruksi dari pinggir lapangan ketika anak-anak asuhnya bertanding.
“Saya sudah 9 tahun aktif di sini (pembinaan sepak bola usia dini, red). Termasuk sekarang juga menjadi pelatih di BSS. Tapi saya di turnamen ini tidak melatih anak saya sendiri. Anak saya malah bermain untuk tim lain,” ujarnya seraya tertawa lebar.
Pemain yang pernah menjadi palang pintu/stopper Arema di era pelatih Benny Dollo (2004-2007) itu mengatakan memiliki kepedulian sangat besar terhadap sepak bola usia dini, khususnya di Malang. Apalagi dia juga sudah lebih dari 20 tahun tinggal dan beristrikan orang Malang.
“Iya. Saya senang melatih anak-anak bermain bola. Mereka bisa menjadi pemain hebat kalau dilatih dengan baik. Yang penting ada semangat dan kemauan,” tuturnya.
Bagi Claudio de Jesus, menangani sepak bola untuk anak usia dini memerlukan kesabaran ekstra. Pasalnya, selain terikat dengan kewajiban sekolah sehari-hari, anak-anak juga sering teralihkan konsentrasinya dengan bermain. Sementara di sisi lain, orang tua ada yang terobsesi dengan keinginan agar anaknya sukses menjadi pemain bola sehingga malah membuat beban si anak.
“Itu problem. Tapi tidak apa-apa. Itu tantangan (untuk) melatih anak-anak. Saya mau anak-anak bermain dengan senang hati,” kata pemilik SSB Brasil Style Football ini.

Karena itu dia juga tak terlalu kecewa meski perjalanan tim besutannya terhenti di babak penyisihan. Menurutnya, pengalaman bertanding di turnamen atau kompetisi lebih berharga daripada sekedar mencari menang atau juara.
Satu lagi, membawa BSS berlaga di stadion luar Gajayana membuat pemain yang kini sudah resmi berstatus WNI itu kembali pada memori yang tak akan pernah dilupakannya.
“Saya dulu pernah bermain di sini. Jadi pemain Arema. Stadion Gajayana adalah rumah saya. Kadang-kadang saya bermain di stadion ini, bersama teman-teman lama di Arema. Senang sekali. Salam hangat untuk Aremania,” pungkas pemain yang dua kali mengantarkan Singo Edan juara di Piala Indonesia tersebut. (TON)